JUMAT, 09 MEI 2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus provocatus
adalah istilah Latin yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan
hukum. Maksudnya adalah dengan sengaja mengakhiri kehidupan kandungan dalam
rahim seseorang perempuan hamil. Karena itu abortus provocatus harus dibedakan
dengan abortus spontaneus, dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan
spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan
“abortus spontan”.
Secara medis abortus dimengerti sebagai
penghentian kehamilan selama janin belumviable, belum dapat hidup mandiri di
luar rahim, artinya sampai kira-kira 24 minggu atau sampai awal trimester
ketiga.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui macam-macam abortus, efek
samping/risiko, penatalaksanaan pasca abortus, diagnostik serta teknik
pengeluaran abortus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ABORTUS
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil
konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram.
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada
tentang usia / berat lahir janin viable (yang mampu hidup di luar kandungan),
akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum
janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan 20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO
1998 : 22 minggu)
Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab,
yaitu :
· Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah
a. Kelainan kromosom,
terutama trisomi autosom dan monosomi X
b. Lingkungan sekitar
tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen
akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.
· Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis
karena hipertensi menahun
· Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat,
keracunan dan toksoplasmosis
· Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk
abortus pada trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan
uterus.
Patogenesis
Pada awal abortus
terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi
kotaris belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah
lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu
daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.
Manifetasi Klinis
- Terlambat haid atau amenore kurang
dari 20 minggu.
- Pada pemeriksaan fisik : Keadaan
umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau
menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat.
- Perdarahan pervaginam, mungkin
disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
- Rasa mulas atau keram perut di
daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi
uterus
- Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan
hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka
atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan
atau jaringan berbau busuk dario ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba
atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.
Pemeriksaan Penunjang
- Tes kehamilan : positif bila janin
masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
- Pemeriksaan Doppler atau USG untuk
menentukan apakah janin masih hidup
- Pemeriksaan kadar fibrinogen darah
pada missed abortion
Komplikasi
- Perdarahan, perforasi, syok dan
infeksi
- Pada missed abortion dengan
retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah.
B. JENIS –JENIS ABORTUS
Diagnosis
Berdasarkan keadaan
janin yang sudah dikeluarkan, abortus dibagi atas :
1. Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang
dari 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.
2. Abortus insipiens, bila perdarahan diikuuti dengan dilatasi
serviks.
3. Abortus inkomplit, bila sudah sebagian jaringan janin
dikeluarkan dari uterus. Bila abortus inkomplit disertai infeksi genetalia
disebut abortus infeksiosa
4. Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari
uterus
5. Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
Proses abortus dapat berlangsung spontan (suatu
peristiwa patologis), atau artifisial / terapeutik (suatu
peristiwa untuk penatalaksanaan masalah / komplikasi).
Abortus spontan diduga disebabkan oleh :
- kelainan kromosom (sebagian besar kasus)
- infeksi (chlamydia, mycoplasma dsb)
- gangguan endokrin (hipotiroidisme, diabetes mellitus)
- oksidan (rokok, alkohol, radiasi dan toksin)
Abortus spontan diduga disebabkan oleh :
- kelainan kromosom (sebagian besar kasus)
- infeksi (chlamydia, mycoplasma dsb)
- gangguan endokrin (hipotiroidisme, diabetes mellitus)
- oksidan (rokok, alkohol, radiasi dan toksin)
Proses
Abortus dapat dibagi atas 4 tahap : abortus imminens, abortus insipiens,
abortus inkomplet dan abortus komplet.
- Abortus
Iminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya
perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi
masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Ciri : perdarahan
pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi, serviks masih tertutup Jika
janin masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan sampai kehamilan aterm dan
lahir normal. Jika terjadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat terjadi
abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal dengan
ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dan gerakan janin. Jika
sarana terbatas, pada usia di atas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan
dengan alat Doppler atau Laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan,
karena mempengaruhi rencana penatalaksanaan / tindakan.
Penatalaksanaan
· Istirahat
baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
· Periksa
denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap
empat jam bila pasien panas
· Tes
kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
· Berikan
obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat hematinik
misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg
· Diet
tinggi protein dan tambahan vitamin C
· Bersihkan
vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi
terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
- Abortus
Insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri
yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih berada di dalam uterus.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat makin sering, serviks terbuka.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat makin sering, serviks terbuka.
Penatalaksanaan :
· Bila
perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan
selama 36 jam dengan diberikan morfin
· Pada
kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani
dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul
dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
· Pada
kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam
deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai
kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
· Bila
janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
- Abortus
Inkomplit
Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran
sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus.
Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan keluar.
Penatalaksanaan :
Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan keluar.
Penatalaksanaan :
· Bila
disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau
ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah
· Setelah
syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2
mg intramuskular
· Bila
janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
· Berikan
antibiotik untuk mencegah infeks
- Abortus
Komplit
Abortus kompletus adalah terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.
Diagnosis komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya.
Penatalaksanaan :
· Bila kondisi pasien
baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari
· Bila
pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah
· Berikan
antibiotik untuk mencegah infeksi
· Anjurkan
pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
- Abortus
Abortion
Kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa ada pengeluaran selama lebih dari 4 minggu atau lebih (beberapa buku : 8 minggu ?).
Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan.
Penatalaksaan :
· Bila kadar fibrinogen
normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret
tajam
· Bila
kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum
atau ketika mengeluarkan konsepsi
· Pada
kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang
laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator Hegar
kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
· Pada
kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu
infus oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per
menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan
sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin
setelah pasien istirahat satu hari.
· Bila
fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
- Abortus
Septik
Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan
oleh dukun atau awam). Bahaya terbesar adalah kematian ibu.
Abortus septik harus dirujuk kerumah sakit
Abortus septik harus dirujuk kerumah sakit
· Penanggulangan infeksi :
- Obat pilihn pertama : penisilin
prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1 gr
peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam
- Obat pilihan kedua : ampisilin 1
g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah metronidazol 5000 mg
tiap 6 jam
- Obat pilihan lainnya : ampisilin
dan kloramfenikol, penisilin, dan metronidazol, ampisilin dan gentamisin,
penisilin dan gentamisin.
· Tingkatkan asupan cairan
· Bila perdarahan banyak ,
lakukan transfusi darah
· Dalam
24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila
terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
- Abortus
terapeutik
Dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12
minggu, atas pertimbangan / indikasi kesehatan wanita di mana bila kehamilan
itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya, misalnya pada wanita dengan penyakit
jantung, hipertensi, penyakit ginjal, korban perkosaan (masalah psikis). Dapat
juga atas pertimbangan / indikasi kelainan janin yang berat.
Pada pasien yang menolak dirujuk beri pengobatan samadengan yang
diberikan pada pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari :
Di rumah sakit :
· Rawat pasien di ruangan
khusus untuk kasus infeksi
· Berikan antibiotik
intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g
· Infus cairan NaCl
fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan
· Pantau ketat keadaan
umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan
· Oksigenasi bila
diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit
· Pasang
kateter Folley untuk memantau produksi urin
· Pemeriksaan
laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta reaksi silang,
analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.
· Apabila
kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatan sumber
infeksi
· Abortus
septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda-tandanya ialah
panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran menurun, tekanan
darah menurun dan sesak nafas
PRINSIP
Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 12 minggu
1. JANGAN LANGSUNG DILAKUKAN KURETASE
Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 12 minggu
1. JANGAN LANGSUNG DILAKUKAN KURETASE
2. Tentukan dulu, janin mati atau hidup. Jika memungkinkan,periksa
dengan USG
3. Jangan terpengaruh hanya pemeriksaan B-HCG
yang positif, karena meskipunjanin sudah mati, B-HCG mungkin masih tinggi, bisa
bertahan sampai 2 bulan setelah kematian janin.
C. DIAGNOSTIK
1. Anamnesis :
perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala / keluhan lain,
cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri /
ginekologi.
2. Prinsip : wanita usia
reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal HARUS selalu dipertimbangkan
kemungkinan adanya kehamilan.
3. Pemeriksaan
fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. JIKA keadaan umum buruk
lakukan resusitasi dan stabilisasi segera !
4. Pemeriksaan
ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari sumber
perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah
mengalir keluar dari ostium ?
5. Jika diperlukan,
ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang (ambil sediaan
SEBELUM pemeriksaan vaginal touche)
6. Pemeriksaan
vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak uterus. Tentukan
juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam ostium dengan MUDAH /
lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi serviks). Jangan dipaksa.
Adneksa dan parametrium diperiksa, ada tidaknya massa atau tanda akut
lainnya.
D.
TEKNIK PENGELUARAN SISA ABORTUS
Pengeluaran jaringan pada abortus : setelah serviks
terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan
secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.
1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran
uterus.
2. Masukkan tang abortus
sepanjang besar uterus, buka dan putar 90o untukmelepaskan jaringan, kemudian
tutup dan keluarkan jaringan tersebut.
3. Sisa abortus
dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisamasuk.
4. Pastikan sisa
konsepsi telah keluar semua denganeksplorasi jari maupun kuret
Pertimbangan
Kehamilan usia lebih dari 12 minggu sebaiknya diselesaikan dengan prostaglandin (misoprostol intravaginal) atau infus oksitosin dosis tinggi (20-50 U/drip).
Kini dengan alat hisap dan kanul plastik dapat dikeluarkan jaringan konsepsi dengan trauma minimal, terutama misalnya pada kasus abortus mola.
Jaringan konsepsi dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi, agar dapat diidentifikasi kelainan villi. Bahaya / komplikasi yang dapat terjadi pasca mola adalah keganasan (penyakit trofoblastik gestasional ganas / PTG).
Kehamilan usia lebih dari 12 minggu sebaiknya diselesaikan dengan prostaglandin (misoprostol intravaginal) atau infus oksitosin dosis tinggi (20-50 U/drip).
Kini dengan alat hisap dan kanul plastik dapat dikeluarkan jaringan konsepsi dengan trauma minimal, terutama misalnya pada kasus abortus mola.
Jaringan konsepsi dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi, agar dapat diidentifikasi kelainan villi. Bahaya / komplikasi yang dapat terjadi pasca mola adalah keganasan (penyakit trofoblastik gestasional ganas / PTG).
Faktor risiko / predisposisi yang (diduga) berhubungan dengan
terjadinya abortus
1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes, penyakitgh Imunologi sistemik dsb).
5. berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)
6. paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi, dsb)
7. trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8. kelainan kromosom (trisomi / monosomi)
Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering dan paling jelas berhubungan dengan terjadinya abortus.
1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes, penyakitgh Imunologi sistemik dsb).
5. berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)
6. paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi, dsb)
7. trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8. kelainan kromosom (trisomi / monosomi)
Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering dan paling jelas berhubungan dengan terjadinya abortus.
Penatalaksanaan pasca abortus
Pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab abortus. Perhatikan juga involusi uterus dan kadar B-hCG 1-2 bulan kemudian.
Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu, anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil).
Pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab abortus. Perhatikan juga involusi uterus dan kadar B-hCG 1-2 bulan kemudian.
Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu, anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Abortus hanya dipraktikkan dalam klinik atau fasilitas kesehatan
yang ditunjuk oleh pemerintah dan organisaso-organisasi profesi medis.
2. Aborsi hanya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar
dan memperoleh izin untuk itu, yaitu dokter spesialis kebidanan dan genekologi
atau dokter umum yang mempunyai kualifikasi untuk itu.
3. Aborsi hanya boleh dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12
minggu (untuk usia diatas 12 minggu bila terdapat indikasi medis).
4. Harus disediakan konseling bagi perempuan sebelum dan sesudah
abortus.
5. Harus ditetapkan tarif baku yang terjangkau oleh
segala lapisan masyarakat.
B. Saran
Abortus hendaknya
dilakukan jika benar-benar terpaksa karena bagaimanapun didalam kehamilan
berlaku kewajiban untuk menghormati kehidupan manusia dan abortus hendaknya
dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Manjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi
Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan, Kapita Selekta
Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI, Media Aesculapius, Jakarta :
2002
K. Bertens, Aborsi sebagai
Masalah Etika PT. Gramedia, Jakarta : 2003
Sarwono, Pengantar Ilmu Kandungan, 1991,
Yayasan Pustaka.
Sarwono. Pengantar Ilmu Acuan Nasional, 2002 Yayasan
Pustaka
Internet, Catatan Kuliah
Obstetri dan Ginekologi Plus buat ko-as FKUI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar